Publikata.com, Labuan Bajo – Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat bersama Forkopimda dan tokoh-tokoh agama menyerukan pelaksanaan keheningan total atau yang disebut “Silentium Magnum” pada Jumat, 18 April 2025. Kegiatan ini akan berlangsung dari pukul 06.00 hingga 18.00 WITA dan direncanakn menjadi agenda tahunan di wilayah tersebut.
Kesepakatan ini diambil dalam pertemuan yang digelar pada Jumat, 10 April 2025 di Kantor Bupati Manggarai Barat. Keheningan total ini dilaksanakan bertepatan dengan peringatan Jumat Agung bagi umat Kristiani dan Sholat Jumat bagi umat Muslim.
Bupati Manggarai Barat, Edistasius Endi, menjelaskan bahwa Silentium Magnum bukan hanya simbol religius, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap bumi dan upaya membangun kesadaran bersama untuk hidup lebih tenang dan selaras dengan alam.
Dalam himbauan bersama, masyarakat Manggarai Barat diminta untuk mengurangi aktivitas di luar rumah, menurunkan konsumsi energi, membatasi penggunaan kendaraan bermotor, serta tidak menggunakan pengeras suara, kecuali untuk kegiatan ibadah.
Kegiatan ini memiliki sejumlah tujuan, antara lain untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, mencapai kedamaian batin, mengurangi polusi lingkungan, mempererat hubungan keluarga, melatih disiplin diri, serta menumbuhkan rasa empati, toleransi, dan kepedulian terhadap lingkungan.
Bupati Edi berharap keheningan ini dapat menjadi tradisi tahunan di Manggarai Barat, sebagaimana Hari Nyepi di Bali.
“Kalau kita bisa meniru hal baik seperti Nyepi, kenapa harus malu? Spirit ini bagus untuk semua. Ini bukan hanya soal Katolik, tapi soal cinta kita kepada bumi,” Ucap Bupati Edi.
Secara khusus, di Kota Labuan Bajo akan diberlakukan penutupan sejumlah ruas jalan pada Jumat, 18 April 2025 mulai pukul 06.00 hingga 10.00 WITA. Lokasi yang terdampak penutupan antara lain depan SMPN 1 Komodo, lampu merah Wae Mata, pertigaan depan Polres Manggarai Barat, dan depan Masjid Nurul Iman Semaru.
Pemerintah daerah mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berpartisipasi aktif dan menjadikan Silentium Magnum sebagai momentum refleksi, spiritualitas, dan harmoni bersama.
Penulis : Alex
Editor : Jupir