Publikata.com, Flores – Di satu sudut tenang Nusantara, tepat di bawah garis khatulistiwa, berdiri sebuah pulau yang menyimpan denyut kehidupan yang tak lekang oleh waktu.
Bagi sebagian orang, Flores adalah destinasi eksotis. Namun bagi mereka yang datang bukan sekadar untuk melihat, tapi untuk memahami, Flores adalah pelajaran tentang bagaimana peradaban lokal, kearifan ekologis, dan spiritualitas masyarakat adat dapat hidup berdampingan di tengah arus globalisasi yang kian cepat.
Labuan Bajo, kota pelabuhan yang dahulu sederhana, kini tumbuh menjadi simbol modernisasi pariwisata di Nusa Tenggara Timur. Tapi di balik gemerlap investasi dan pembangunan, masyarakat Manggarai tetap memelihara nilai-nilai lonto leok sebuah filosofi musyawarah adat yang menekankan keseimbangan antara manusia, tanah, dan leluhur. Di sini, pembangunan bukan tentang membangun gedung, tapi membangun rasa hormat.
Di desa Wae Rebo, tujuh rumah kerucut berdiri bukan hanya sebagai warisan arsitektur, tapi sebagai benteng nilai. Setiap tamu yang datang diminta beradaptasi, bukan mendikte.
Ekosistem sosial Flores tak kalah menakjubkan dari lanskapnya. Di Bajawa, kampung Bena menjaga batu-batu megalit sebagai lambang hubungan spiritual dengan alam. Di Larantuka, prosesi Semana Santa menjadi cermin dari sinkretisme iman dan budaya lokal yang menginspirasi harmoni lintas keyakinan.
Namun tantangan tak kecil. Komodifikasi budaya, alih fungsi lahan pesisir, dan perubahan iklim mulai menguji ketahanan kearifan lokal. Tapi inilah yang membuat Flores layak disoroti bukan sebagai objek wisata semata, melainkan sebagai model kehidupan berkelanjutan berbasis komunitas.
Sebuah studi kasus hidup tentang bagaimana masyarakat adat dapat memimpin narasi pembangunan, bukan menjadi korban darinya.
Flores bukan sekadar pulau dengan pantai perawan dan danau warna-warni. Ia adalah narasi utuh tentang keberanian menjaga akar di tengah angin perubahan. Tentang bagaimana masyarakat kecil bisa mengajarkan dunia tentang etika hidup yang holistik.
Bagi para pemimpin dunia, CEO, dan pengambil keputusan global, Flores bukan hanya tempat untuk berlibur. Ia adalah undangan untuk merenung. Di tengah krisis identitas global, Flores adalah pengingat bahwa kemajuan sejati lahir dari keseimbangan, antara teknologi dan tradisi, antara profit dan nilai, antara pertumbuhan dan keutuhan jiwa.
Dan di saat dunia mencari arah baru, mungkin jawabannya datang dari timur. Dari Flores, di mana matahari tak hanya terbit, tapi juga memberi terang cara hidup yang manusiawi.
Penulis : Alexandro Hatol
Editor : Acik Jupir