Publikata.com, Labuan Bajo – Di balik geliat belanja online yang makin mudah dan cepat, ada kisah-kisah pilu yang nyaris tak terdengar. Mereka yang mengantar barang sampai ke pelosok negeri, terkadang justru terjebak dalam hidup yang tak beranjak seperti roda yang berputar di tempat.
Fansianus Viri, seorang pria asal Manggarai Barat, telah sepuluh bulan mengabdi sebagai sopir di PT PANORAMA LINTAS NUSANTARA, Perusahaan jasa pengantar logistik yang menjadi mitra Shopee di wilayah Pulau Flores – Labuan Bajo.
Setiap hari, ia menyusuri jalanan panjang dan berliku dari Labuan Bajo, Bajawa hingga Larantuka.Tapi dari semua jarak yang ia tempuh, tak satu pun yang membawanya lebih dekat pada kehidupan yang layak.
“Hanya Rp 400.000 saya terima tiap bulan. Itu pun setelah dipotong karena kecelakaan yang bukan saya buat,” lirihnya. Suaranya serak, seolah tenggorokannya menyimpan terlalu banyak keluh yang tak sempat ia tumpahkan.
Ia mengisahkan, sebelum pemotongan itu, gajinya memang tak besar: hanya Rp 900.000. Tapi setidaknya cukup untuk membeli beras dan kebutuhan pokok lain, meski harus serba hemat. Kini, dengan hanya Rp 400.000, bahkan untuk mengisi penuh tangki sepeda motornya pun terasa berat.
Yang lebih menyesakkan, tak ada kontrak kerja yang menjamin posisinya. Sepuluh bulan bekerja, namun statusnya seperti bayangan ada tapi tak pernah diakui.
Nasib serupa juga dialami Nasrianus Patri Muliadi, rekan satu profesi yang akrab disapa Nasri. Gajinya kini hanya Rp 350.000, padahal sebelumnya ia menerima Rp 950.000. Potongan itu juga muncul akibat kecelakaan, yang sekali lagi, bukan karena kesalahan dia.
“Saya bingung harus bagaimana. Istri saya mau melahirkan. Kontrakan harus dibayar. Tapi uang sebesar itu hanya cukup untuk bertahan, bukan untuk hidup,” ujarnya sambil menunduk. Tangannya menggenggam erat kunci kendaraan, satu-satunya alat yang masih memberinya harapan.
Dalam kondisi yang begitu menyesakkan, tak satu pun dari mereka yang memiliki perlindungan kerja. Tak ada BPJS, tak ada jaminan kecelakaan, bahkan kontrak pun nihil. Mereka hanya berharap pada belas kasihan dan sedikit keberuntungan agar roda kehidupan tak berhenti total.
Di tanah Flores yang indah, di antara bukit dan lembah yang menghijau, ada luka yang tertanam diam-diam. Luka dari sistem kerja yang menekan, dari perlakuan yang tak adil, dari ketidakpedulian pada hak dasar manusia.
Fansianus, Nasri, dan rekan-rekan sopir lainnya hanya ingin satu hal: hidup yang layak. Bukan kemewahan, bukan kekayaan. Hanya upah yang cukup untuk makan, tidur dengan tenang, dan menyambut hari esok tanpa cemas. Tapi hingga hari ini, harapan itu masih sekadar bayang-bayang di balik kaca depan truk mereka.
Mereka terus menyusuri jalanan, mengantar paket demi paket ke Kota orang-orang yang tak mereka kenal. Ironisnya, mereka membawa kebahagiaan bagi banyak orang, tapi tak mampu menghadirkannya untuk diri sendiri.
*Pihak PT.PANORAMA LINTAS NUSANTARA sebelumnya sudah dihubungi namun belum memberikan jawaban/klarifikasi.
Penulis : Alex
Editor : Jupir