Publikata.com, Labuan Bajo – Festival Golo Koe 2025 kembali memeriahkan Labuan Bajo, 10–15 Agustus, kemeriahan yang memadukan iman Katolik, kekayaan budaya, dan semangat kebersamaan. Tahun ini terasa istimewa karena untuk pertama kalinya festival ini berlangsung setelah Labuan Bajo resmi menjadi keuskupan pada November 2024, lepas dari Keuskupan Ruteng.
Mengusung tema “Keuskupan Labuan Bajo Merajut Kebangsaan dan Pariwisata Berkelanjutan yang Sinodal dan Inklusif”, festival ini menegaskan perannya sebagai rumah persaudaraan yang merangkul kemajemukan budaya dan Agama.
Berbagai kegiatan digelar, mulai dari prosesi akbar Maria Assumpta Nusantara, Misa agung inkulturasi di Waterfront City, pameran UMKM, pentas seni, hingga kegiatan ekologis dan bakti sosial.
Di balik kemegahan itu, ada satu catatan yang menarik untuk direnungkan, kuliner lokal Manggarai di area pameran UMKM masih terasa minim. Dari sekitar 160 tenda UMKM yang berpartisipasi, sebagian besar menawarkan aneka kuliner Nusantara seperti bakso, kebab, Gado-Gado, Mie Ayam dan sosis bakar serta masih banyak lianya. Sementara jajanan khas Manggarai jarang terlihat.
Nesya, wisatawan asal Jakarta, mengaku sempat mencari makanan khas daerah namun belum menemukannya.
“Saya keliling ingin mencoba makanan khas Bajo atau Manggarai, tapi yang banyak dijual justru makanan umum. Padahal penasaran sekali ingin merasakan cita rasa lokal,” ujarnya Kamis (14/8).
Hal serupa disampaikan Dimas, wisatawan yang sedang berbulan madu bersama istrinya. Menurutnya, kopi Manggarai menjadi salah satu sajian yang ia sukai di festival ini, meski secara umum pilihan kuliner khas masih terbatas.
Namun ada hal lain yang membuatnya terkesan yaitu suasana toleransi yang begitu terasa di tengah festival.
“Festival ini indah sekali, apalagi lokasinya di tepi pantai. Kopi Manggarainya enak, tapi yang lebih mengesankan, meski ini acara keagamaan umat Katolik, semua orang dari berbagai agama bisa hadir, berbaur, dan menikmati bersama tanpa sekat. Itu luar biasa, bahkan yang jualan juga ada umat Muslim” ujarnya.
Festival Golo Koe sejatinya bukan hanya ajang perayaan iman, tetapi juga ruang strategis untuk memperkenalkan seluruh kekayaan budaya Manggarai, termasuk cita rasa kulinernya. Kuliner tradisional adalah bagian dari identitas yang dapat meninggalkan kesan mendalam bagi wisatawan, sama seperti keindahan alam dan keramahan masyarakatnya.
Maka, di tengah suksesnya Festival Golo Koe 2025, ada harapan yang tumbuh semoga di tahun-tahun mendatang, panggung UMKM juga memberi ruang lebih luas bagi kuliner khas Manggarai, sehingga para pengunjung bisa merasakan bukan hanya keindahan dan kekhidmatan, tetapi juga kehangatan rasa dan persaudaraan yang lahir dari tanah Manggarai.
Penulis : Alex
Editor : Jupir